Sabtu, 22 September 2012

PEMBANGUNAN TRANSPORTASI PERKERETAAPIAN


A. KONDISI UMUM
          Sebelum terjadinya krisis ekonomi, pertumbuhan angkutan  penumpang kereta api di Jawa tercatat sekitar 7%, sejalan dengan terjadinya krisis ekonomi nasional pertumbuhan angkutan penumpang sejak tahun 1998 sampai dengan 2000 secara rata-rata sebesar 6,55%, sedangkan pertumbuhan angkutan barang pada kurun waktu yang sama sebesar 0,709%. Selanjutnya pertumbuhan angkutan penumpang pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 rata-rata mengalami penurunan sebesar -3,94% dan pertumbuhan angkutan barang pada kurun waktu yang sama rata-rata mengalami penurunan sebesar -0,72%. Penurunan pertumbuhan angkutan penumpang kereta api, terutama antar kota antar provinsi pada tahun 2001 - 2005 terkait erat dengan perpindahan penumpang kereta api kelas eksekutif menggunakan moda transportasi udara sejalan dengan kebijakan multi operator angkutan udara. Pertumbuhan jumlah penumpang kereta api di Sumatera yang diangkut selama kurun waktu 1997-2000 rata-rata sebesar 16,79%, sedangkan pertumbuhan angkutan barang pada kurun waktu yang sama sebesar 2,99%. Pada tahun 2001 - 2005 pertumbuhan jumlah penumpang kereta api di Sumatera rata-rata sebesar -6,17% pada kurun waktu yang sama angkutan barang mengalami pertumbuhan minus rata-rata sebesar -0,58%. Pertumbuhan minus pada angkutan barang ini berkaitan dengan penurunan kemampuan PT. KAI dalam melakukan pengangkutan batubara dari Bukit Asam menuju ke Tarahan. Dari sisi kapasitas jaringan, sampai tahun 2005 yang telah dilakukan pembangunan jalur ganda adalah Jakarta - Cikampek - Cirebon, Cikampek - Purwakarta, partial Purwakarta - Padalarang - Bandung, Tegal - Brebes, Yogyakarta - Solo, sedangkan jaringan jalur ganda yang masih dalam proses pembangunan adalah Kutoarjo - Yogyakarta, Cirebon - Kroya, Tanah Abang - Serpong dan jalur dwi ganda Manggarai - Bekasi. Kondisi lalu-lintas di beberapa lintas seperti Bekasi - Karawang - Cikampek, Tegal - Pekalongan - Semarang, Cikampek - Purwakarta - Padalarang, Kroya - Yogyakarta, telah mencapai titik jenuh, dengan jumlah kereta api penumpang dan barang telah mendekati kapasitas lintas. Sementara itu tingkat gangguan lalu lintas akibat kecelakaan masih cukup tinggi, yaitu rata-rata sebanyak 147 kali pada kurun waktu 1997- 2000 dan 168 kali pada kurun waktu 2001-2005.

          Peningkatan kecelakaan ini terkait dengan kondisi sarana, prasarana dan operasi kereta api yangkurang memadai. Oleh karena itu dalam kegiatan operasional masih diperlukan peningkatan sarana, prasarana dan kualitas sumber daya manusia. Sampai akhir tahun 2005, panjang jalan rel di Sumatera dan Jawa adalah 6.482 km, dengan rincian : panjang jalan rel yang masih dioperasikan 4.360 km dan yang tidak beroperasi 2.122 km dengan konfigurasi jenis rel di Jawa: R-42 (45,35%), R-33 (13,380%), R-54 (34,35%), R-50 (6,30%) dan R-25 (0,62%), sementara itu di Sumatera: R-54 (33,77%), R-25 (18,30%), R-42 (28,86%), dan R-33 (19,07%). Jembatan di lintas utama Jawa sebagian besar mempunyai tekanan gandar 18 ton, sedangkan di lintas utama Sumatera mempunyai tekanan gandar berkisar antara 18 sampai 20 ton. Terdapat empat kategori teknologi sistem persinyalan yang diope- rasikan di jaringan kereta api, baik di Jawa maupun di Sumatera, yaitu: electronic interlocking system, all relay interlocking system, electro mechanical interlocking system dan mechanical interlocking system. Electronic interlocking system terdapat pada lintas Merak - Tanah Abang, Jabotabek area, lintas Cikampek - Cirebon - Semarang, lintas Bekasi - Cikampek - Padalarang - Gedebage, lintas Cirebon - Kroya - Yogyakarta, lintas Tasikmalaya - Banjar - Kroya serta Tegal - Prupuk. All relay-interlocking system terdapat pada stasiun Cirebon, stasiun Semarang, stasiun Surabaya Gubeng, stasiun Wonokromo, stasiun Solo-Balapan, stasiun Yogyakarta, stasiun Bandung, stasiun Medan serta lintas Wonokromo - Kertosono. Electro mechanical interlocking system terdapat pada lintas Padalarang - Sukabumi, lintas Gedebage - Tasikmalaya, lintas Cirebon - Semarang - Surabaya, sedangkan untuk mechanical interlocking system terdapat pada lintas Semarang - Solo - Balapan, lintas Yogya - Solo - Kertosono, lintas Wonokromo - Bangil - Jember - Banyuwangi serta lintas Bangil - Malang - Blitar - Kertosono dan terletak di seluruh sub jaringan Sumatera bagian utara, seluruh sub-jaringan Sumatera bagian barat serta seluruh sub-jaringan Sumatera bagian selatan. Sarana kereta api yang dioperasikan sampai tahun 2005 terdiri dari lokomotif, kereta, gerbong, kereta rel diesel dan kereta rel listrik. Kondisi lokomotif yang beroperasi sangat bervariasi baik dari jenis transmisi, tenaga traksi, merk maupun negara pembuat. Jenis transmisi lokomotif yang dimiliki adalah elektrik dan hidrolik. Seri lokomotif yang menggunakan jenis transmisi electrik adalah CC-201 (1.950 HP), CC-202 (2.000 HP) dan CC-203 (2150 HP), buatan General Electric dan BB-200 (875 HP), BB-201 (1.310 HP), BB-202 (1.100 HP), buatan General Motor Co, keduanya perusahaan dari Amerika Serikat. Selanjutnya seri lokomotif BB-301 (1.500 HP) dan BB-302 (1.100 HP),
masing-masing buatan Krupp dan Henschel dari Jerman, menggunakan transmisi jenis hidrolik. Jenis gerbong lebih bervariasi dari pada lokomotif, tapi secara sederhana dapat di kategorikan berdasar jumlah gandarnya, yaitu gandar dua dan gandar empat. Sampai dengan tahun 2005 realisasi armada kereta raya terdiri dari Siap Guna 1.399 unit; Siap Guna Operasi 1.246 unit dan Siap Operasi 1.163 unit. Realisasi armada kereta lokal 27 unit, terdiri dari Siap Guna 25 unit; Siap Guna Operasi 22 unit dan Siap Operasi 21 unit. Realisasi armada lokomotif diesel 529 unit, terdiri dari Siap Guna 434 unit, Siap Guna Operasi 397 unit dan Siap Operasi 352 unit. Realisasi armada kereta rel diesel 94 unit, terdiri dari Siap Guna 92 unit, Siap Guna Operasi 75 unit dan Siap Operasi 53 unit. Realisasi armada kereta rel listrik 376 unit, terdiri dari Siap Guna 339 unit, Siap Guna Operasi 260 unit dan Siap Operasi 248 unit. Realisasi armada gerbong 7.888 unit, terdiri dari Siap Guna 5.312 unit, Siap Guna Operasi 4.700 unit dan Siap Operasi 3.581 unit. Sedangkan untuk target penyelesaian fisik tahun 2006 adalah pembangunan jalur ganda sepanjang 76,6 km yaitu pada Lintas Tanah Abang - Serpong, lanjutan Yogyakarta - Kutoarjo, Segment III antara Telagasari - Cirebon dan Pembebasan Tanah/Penertiban untuk persiapan Cirebon-Kroya, Double-double Track Manggarai- Bekasi-Cikarang Tahap I. Pembangunan Badan Jalan KA sepanjang 10 km untuk Indralaya-Unsri dan Cisomang-Cikandondong. Pembangunan Jalan KA menuju Pasoso-JITC Tahap I. Peningkatan Jalan KA dengan penggantian rel menjadi R 54/42 bantalan beton sepanjang 105,29 km tersebar pada lintas Medan-Tebingtinggi, Medan-Belawan, Bukitputus-Indarung, lintas Babaranjang di Sumatera Selatan-Lampung, Cikampek-Padalarang, Bandung- Banjar, Cirebon-Semarang, Kroya-Yogyakarta, Surabaya Gubeng- Solo. Peningkatan sistem persinyalan dari mekanik menjadi elektrik pada Stasiun Gundih dan Madiun. Perkuatan Jembatan KA bagian bawah termasuk Hidrolika sebanyak 6 Unit dan pembuatan underpass jalan lingkungan 8 lokasi. Bangunan Operasional 2 lokasi. Untuk pekerjaan Sarana KA meliputi pengadaan Kereta Penumpang Kelas Ekonomi sebanyak 20 unit, Rehabilitasi 20 unit K3, Rehabilitasi Kereta Rel Diesel (KRD) 8 unit, Modifikasi Kereta Rel Listrik (KRL) menjadi Kereta Rel Disel Elektrik 2 Train set (10 Unit), Pembelian Kereta Rel Listrik Indonesia (KRL-I) Prototipe Bekas Thp I 1 Train Set (4 unit) serta Pengadaan Kereta Rel Listrik (KRL) Baru sebanyak 10 Train Set (40 unit).
 
B. SASARAN
Sasaran pembangunan transportasi perkeretaapian tahun 2007 adalah:
1. Terwujudnya peningkatan keselamatan operasional kereta api.
2. Terwujudnya peningkatan angkutan barang kereta api.
 
3. Terwujudnya peningkatan kereta api komuter khususnya untuk kota - kota besar.
4. Terwujudnya dukungan angkutan penumpang kelas ekonomi antar kota.
5. Terwujudnya peningkatan keterpaduan antar moda transportasi.
6. Terwujudnya peningkatan peran swasta.
7. Terwujudnya peningkatan panjang jaringan KA melalui pembangunan jalur KA baru.

C. ARAH KEBIJAKAN
Pembangunan transportasi kereta api tahun 2007 dilaksanakan dengan arah kebijakan sebagai berikut:
1. Meningkatkan keselamatan dan pelayanan melalui kelaikan sarana dan prasarana serta sertifikasi tenaga operator.
2. Meningkatkan peran kereta api terhadap angkutan barang dan penumpang.
3. Meningkatkan kapasitas lintas dan kapasitas angkut.
4. Meningkatkan keterpaduan transportasi.
5. Meningkatkan peran swasta (Pemerintah sebagai fasilitator dan regulator).
6. Mewujudkan Multi operator ( revisi UU no. 13 th 1992 ).
7. Mewujudkan pembangunan jalur jalan KA baru.

D.  PROGRAM PEMBANGUNAN

Program    pembangunan    transportasi    perkeretaapian    tahun    2007
bertujuan   untuk   meningkatkan   keselamatan,   mengurangi   beban
jalan    raya    dengan    meningkatkan    kapasitas    angkut    kereta    api,
menciptakan  keterpaduan  transportasi  antar  dan  intra  moda,  serta
      pergerakan  orang  dan  barang,  mem-perkecil  kesenjangan  pelayanan
      angkutan     antar     wilayah     serta     mendorong     ekonomi     nasional,
      meliputi:

1.    Program   Restrukturisasi   &   Reformasi   Kelembagaan   Perkereta-
apian, dengan kegiatan dan target fisik dalam tabel berikut:

KEGIATAN

SATUAN

JUMLAH

Kelembagaan

Sumber Daya Manusia

Teknologi Informasi

Studi Amdal

Studi Kebijakan

Penyusunan Pedoman Teknis

Penyusunan Desain

Paket

Paket

Paket

Laporan

Laporan

Laporan

Laporan

1

1

1

2

10

4

22


2. Program  Peningkatan Aksesibilitas Pelayanan Angkutan Perkeretaapian, dengan kegiatan dan

    target fisik disampaikan, dengan kegiatan dan target fisik dalam tabel berikut:


KEGIATAN

SATUAN

JUMLAH

Pengadaan Kereta Pnp Kelas Ekonomi

Pengadaan KRL (Lanjutan Program Kfw)

Pengadaan KRLI Tahap II

Unit

Unit

Unit

14

40

4


3. Program Peningkatan dan Pembangunan Prasarana dan Sarana Kereta Api, dengan kegiatan dan target fisik dalam tabel berikut:


KEGIATAN

SATUAN

JUMLAH

PRASARANA KERETA API

• Peningkatan Jalan

- Medan-Belawan = 19,57 Km

- Angk. Batu Bara di Sumbar = 9,78 Km

- Lahat-Lb.Linggau = 9 Km

- Angk. Batu bara Rangkaian Panjang

- Pemasangan Rel KfW = 181,35 Km

- Pemasangan Rel Bank Dunia = 15,32 Km

- Angkutan BBM = 20,90 Km

• Pembangunan Jalan

- Lanjutan Segment III IP-489 = 48 km

- Lanj.Yogya-Kutoarjo IP-469/518 = 64 km

- Lanjutan Tanah Abang - Serpong II

- Duri-Kalideres = 11,3 km

- Kampus UNSRI - Indralaya = 4,3 km

- Short-cut Sbu-Sbi. = 0,94 km

- Pembangunan Jalan KA Simpang-

Tanjung Api-api Thp I = 10 Km

(Pembuatan Badan Jalan KA)

• Peningkatan Jembatan KA

- Medan-Tebingtinggi

- Telukbayur-Sawahlunto

- Lintas Babaranjang

- Cikampek-Cirebon

- Semarang-Solo

- Banjar-Kroya

- Kroya-Yogya (Ijo)

- Bangil-Kertosono

- Bangil-Jember

• Pengadaan Tanah

- NAD

- Medan-Gabion

- Duku-BIM

- DDT

- Pasoso

- Cirebon-Kroya

• Peningkatan Persinyalan

- Train dispaching Sumut & Jabotabek

- Radio Link Sumsel

- Kabel tanah untuk sinyal S & H Sm-Solo

Dan Jember-Banyuwangi

• Bangunan Operasional

- Flat Masinis

- Rumah Dinas Jabatan

- Gedung Kantor Jabotabek

- Sterilisasi Stasiun Jabotabek

- Stasiun Maguwo

• Pembangunan Jembatan Baru

• Pengadaan Peralatan Kerja

 

Km

 

 

 

 

 

 

Km

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bh

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Paket

 

 

 

 

 

 

Paket

 

 

 

 

Unit

 

 

 

 

 

Bh

Unit

 

263,51

 

 

 

 

 

 

138,54 km

 

 

 

 

 

 

 

 

 

15

 

 

 

 

 

 

 

 

 

6

 

 

 

 

 

 

21

 

 

 

 

33

 

 

 

 

 

18

8








2 komentar:

Night Diamond Bloody Red - Busy Flicker