Penambangan
batu bara dengan sistem terbuka telah mengubah ekosistem secara drastis, lahan
yang sebelumnya berupa hutan berubah menjadi cekungan dan gundukan lahan
kosong dengan
tingkat kesuburan rendah. Untuk mengembalikan ekosistem seperti keadaan sebelumnya,
perusahaan pertambangan diwajibkan mereklamasi lahan bekas penambangan, di
antaranya dengan mengembalikan topografi dan mengadakan penanaman kembali.
Proses ini
sering terhambat karena kesuburan tanah bekas tambang biasanya rendah. Untuk percepatan
proses di atas dilakukan penelitian ini dengan menggunakan serasah dan cacing tanah.
Berbagai
macam serasah digunakan dalam penelitian ini dan serasah yang paling disukai
oleh cacing tanah (Ponthoscolex corethrurus) digunakan untuk
penelitian lanjut. Tanaman
yang diteliti ialah turi (Sesbania grandiflora) dan lamtoro (Leucaena
leucochepala). Penelitian
dilakukan di laboratorium dan rumah kawat, kemudian tahap berikutnya
dilakukan di
lapangan.
Serasah
yang paling disukai oleh cacing tanah ialah serasah daun kerinyu (Eupatorium odoratum). Kecepatan
dekomposisi serasah per cacing tanah ialah 30.5 mg per hari. Pemberian
serasah atau serasah dan cacing tanah meningkatkan pH tanah dan ketersediaan hara
pada kondisi rumah kawat. Pertumbuhan tanaman pada tanah tambang yang diberi serasah
atau serasah dan cacing tanah lebih tinggi daripada tanah tambang yang tidak
diberi perlakuan
dan tidak berbeda nyata dengan pertumbuhan tanaman pada topsoil.
Percobaan
yang dilakukan di lapangan menyatakan bahwa cacing tanah tidak mampu hidup
dengan baik di tanah bekas pertambangan. Faktor kepadatan tanah diduga
menjadi faktor
penghambat bagi cacing tanah dan tanaman untuk tumbuh dan berkembang.
|
Sabtu, 22 September 2012
Cacing Tanah dan Serasah untuk Mempercepat Proses Revegetasi Lahan Bekas Penambangan Batu Bara
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar