Sabtu, 22 September 2012

Cacing Tanah dan Serasah untuk Mempercepat Proses Revegetasi Lahan Bekas Penambangan Batu Bara


Penambangan batu bara dengan sistem terbuka telah mengubah ekosistem secara drastis, lahan yang sebelumnya berupa hutan berubah menjadi cekungan dan gundukan lahan kosong dengan tingkat kesuburan rendah. Untuk mengembalikan ekosistem seperti keadaan sebelumnya, perusahaan pertambangan diwajibkan mereklamasi lahan bekas penambangan, di antaranya dengan mengembalikan topografi dan mengadakan penanaman kembali. Proses ini sering terhambat karena kesuburan tanah bekas tambang biasanya rendah. Untuk percepatan proses di atas dilakukan penelitian ini dengan menggunakan serasah dan cacing tanah.

Berbagai macam serasah digunakan dalam penelitian ini dan serasah yang paling disukai oleh cacing tanah (Ponthoscolex corethrurus) digunakan untuk penelitian lanjut. Tanaman yang diteliti ialah turi (Sesbania grandiflora) dan lamtoro (Leucaena leucochepala). Penelitian dilakukan di laboratorium dan rumah kawat, kemudian tahap berikutnya dilakukan di lapangan.

Serasah yang paling disukai oleh cacing tanah ialah serasah daun kerinyu (Eupatorium odoratum). Kecepatan dekomposisi serasah per cacing tanah ialah 30.5 mg per hari. Pemberian serasah atau serasah dan cacing tanah meningkatkan pH tanah dan ketersediaan hara pada kondisi rumah kawat. Pertumbuhan tanaman pada tanah tambang yang diberi serasah atau serasah dan cacing tanah lebih tinggi daripada tanah tambang yang tidak diberi perlakuan dan tidak berbeda nyata dengan pertumbuhan tanaman pada topsoil.

Percobaan yang dilakukan di lapangan menyatakan bahwa cacing tanah tidak mampu hidup dengan baik di tanah bekas pertambangan. Faktor kepadatan tanah diduga menjadi faktor penghambat bagi cacing tanah dan tanaman untuk tumbuh dan berkembang.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Night Diamond Bloody Red - Busy Flicker