Fondasi
cakar ayam diciptakan oleh Sediyatmo pada tahun 1961, ketika membangun menara
listrik tegangan tinggi dengan kondisi tanah yang berawa. Fondasi ini telah
banyak digunakan
untuk bangunan gedung, landasan pacu, menara, dan lainnya. Masih banyak pertanyaan
yang belum terjawab oleh para ahli geoteknik di Indonesia terutama tentang penggunaannya
yang cocok di lapangan. Untuk merancang struktur fondasi cakar ayam, beberapa
faktor harus dipertimbangkan, yaitu modulus reaksi subgrade tanah ( hk
dan k v), jarak,
panjang, dan diameter cakar (pipa beton) serta tebal pelat. Masalah yang
dihadapi oleh para
perancang fondasi cakar ayam saat ini ialah belum adanya formula yang dapat
dipahami dan
dapat dipertanggungjawabkan.
Pengujian
dilakukan pada model 2-dimensi, semi-3-dimensi, dan 3-dimensi. Pada model
2-dimensi, pelat cakar ayam dimodelkan dengan pelat Plexiglass tebal 3-5 mm
dan pipa
cakar ayam dimodelkan dengan besi U tebal 2 mm. Pada model semi 3-dimensi dan
3-dimensi
juga dipakai bahan yang sama tetapi tebalnya 2 cm dan cakar dimodelkan dengan pipa
polivinil klorida berdiameter 10.5 cm yang ditempelkan pada pelat Plexiglass
tersebut. Penelitian
dilakukan dengan meragamkan jarak, diameter, panjang cakar, tebal pelat
fondasi, jenis
tanah dasar, dll.
Dari
hasil pengujian perilaku sistem cakar ayam di laboratorium dan analisis
hitungan yang
telah dilakukan dapat disimpulkan hal-hal berikut.
Cakar
berfungsi sebagai pengaku pelat. Saat sistem cakar ayam dibebani, pelat melendut.
Lendutan mengakibatkan cakar berotasi. Rotasi cakar mengakibatkan bekerjanya tekanan
tanah di sekitar cakar yang melawan lendutan pelat. Hasilnya, kekakuan pelat bertambah
sehingga lendutan lebih kecil bila dibandingkan lendutan pelat tanpa cakar. Kekakuan
sistem cakar ayam bergantung pada kerapatan cakar atau jarak cakar, panjang cakar,
diameter cakar, tebal pelat. Bila jarak cakar mengecil, ketiga parameter
membesar, maka
pelat menjadi kaku.
Pada
umumnya, lendutan pelat maksimum terjadi di bawah beban dan penyebaran lendutan
bergantung pada besarnya beban. Untuk sistem cakar ayam dengan jarak cakar
2.5 m (pada
prototipe yang sudah ada), lendutan menyebar sampai radius 4-5 meter. Oleh
sebab itu pada
kondisi tanah dan geometri sistem cakar ayam yang mendekati tempat-tempat
tersebut, sistem
cakar ayam cukup dianalisis untuk luasan pelat 10 m รพ 10 m atau diameter 10
m. Lendutan
bertambah bila beban bertambah besar. Hal ini mengoreksi pendapat Sediyatmo bahwa
bila beban bertambah 2 kalinya, besar lendutan atau tekanan kontak antara
tanah dan pelat
sama, hanya penyebaran lendutan bertambah (juga 2 kalinya).
Pada
pembebanan ganda (beban dua kali beban tunggal) diperoleh lendutan maksimum yang
lebih besar dan penyebaran lendutan lebih melebar bila dibandingkan dengan
beban tunggal.
Rotasi cakar terbesar ialah cakar yang terletak di dekat titik beban.
Hitungan
penurunan tanah dasar akibat konsolidasi tanah perlu diperhitungkan pada perancangan
sistem cakar ayam. Hitungan penurunan dilakukan sama seperti hitungan penurunan
untuk fondasi rakit, yaitu dengan menganggap dasar cakar sebagai dasar
fondasi rakit.
Penurunan sistem cakar ayam yang terletak pada timbunan ialah penurunan total
akibat kompresi
tanah dasar, kompresi tanah bahan timbunan di bawah cakar, dan lendutan pelat akibat
beban. Bila hasil analisis penurunan memberikan nilai penurunan yang
berlebihan, maka
tanah di bawah sistem cakar ayam harus diperbaiki lebih dahulu dengan
menggunakan cara-cara
perbaikan tanah yang lazim digunakan untuk penanganan tanah yang lunak (preloading,
vertical drain, dll.).
Rotasi
cakar tidak sampai meruntuhkan tanah sehingga tekanan tanah di sekitar cakar lebih
cocok bila tanah ditinjau masih dalam kondisi elastis. Gaya perlawanan tanah
lebih
|
Jumat, 21 September 2012
Fondasi Cakar Ayam pada Model di Laboratorium
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar